Beranda | Artikel
Keadaan Langit dan Gunung pada Hari Kiamat - Syaikh Muhammad al-Mayuf #NasehatUlama
Jumat, 5 Agustus 2022

“Dan langit terbuka lalu terdapat beberapa pintu.” (QS. An-Naba’: 19)

Langit terbuka.
“Apabila langit telah terkoyak, …” (QS. Al-Haqqah: 16)
sebagaimana dalam ayat lain,
“Apabila langit terkoyak, …” (QS. Al-Insyiqaq: 1)

Langit terbelah. “Apabila langit terbelah, …” (QS. Al-Infitar: 1)

Yakni terkoyak, yang di sanalah kemudian Allah ʿAzza wa Jalla membuka pintu-pintu,
yang jika seseorang memandangnya,
seolah-olah dia melihat banyak pintu, dan Allah yang lebih mengetahuinya.

“Dan gunung-gunung diperjalankan sehingga menjadi fatamorgana.” (QS. An-Naba’: 20)

yakni seperti fatamorgana yang seseorang melihatnya dari kejauhan,
lalu menyangka bahwa ia adalah air namun ternyata tidak mendapati apa-apa.

Saudara-saudara, gunung akan diperjalankan dengan tiga cara dan keadaan.

Allah Subẖānahu wa Ta’ālā telah menjelaskan apa yang akan terjadi padanya.

Terkadang dengan “dibenturkan”, seperti dalam firman-Nya Ta’ālā,
Apa, Saudara-saudara? “Bumi dan gunung-gunung diangkat, lalu dibenturkan ….” (QS. Al-Haqqah: 14)
terkadang dengan “dihancurkan”, seperti dalam firman-Nya ʿAzza wa Jalla
“Katakanlah: Tuhanku yang menghancurkannya sehancur-hancurnya.” (QS. Taha: 105)

Para ahli tafsir, seperti syekh Ibnul ʿUtsaimīn dan selainnya, menyebutkan
tiga keadaan yang terjadi pada gunung yang disebutkan dalam Al-Qur’an:

Keadaan pertama, ada yang bisa menyebutkan, Saudara-saudara?

Semoga Allah membalas Anda dengan kebaikan.

Ya, menjadi seperti onggokan yang tercurah,
yakni timbunan pasir.
Ini disebutkan dalam firman-Nya ʿAzza wa Jalla:
“Pada hari ketika bumi dan gunung-gunung berguncang keras,
hingga gunung-gunung menjadi seperti onggokan pasir yang tercurah.” (QS. Al-Muzzammil: 14)
yakni timbunan pasir.

Kedua, menjadi seperti bulu yang dihamburkan,
yakni bulu hewan yang dihamburkan,
Ini disebutkan dalam firman-Nya ʿAzza wa Jalla:

“Dan gunung-gunung menjadi seperti bulu yang dihambur-hamburkan.” (QS. Al-Qari’ah: 5)

Keadaan ketiga, gunung-gunung benar-benar hilang, dan menjadi seperti yang Allah kabarkan,

“Debu yang beterbangan.” (QS. Al-Waqi’ah: 6)

yakni seperti butiran debu yang berterbangan.
Ini disebutkan dalam firman-Nya ʿAzza wa Jalla

“Apabila bumi diguncangkan sedahsyat-dahsyatnya.” (QS. Al-Waqi’ah: 4) Lalu apa?

“Dan gunung-gunung dihancurkan sehancur-hancurnya.” (QS. Al-Waqi’ah: 5)

“Maka jadilah ia debu yang beterbangan.” (QS. Al-Waqi’ah: 6)
hingga habis gunung-gunung di bumi,
sehingga bumi menjadi seperti adonan roti yang putih bersih,

sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis, “Seperti adonan roti, karena tidak ada tanda keberadaan seorang pun.” (HR. Bukhari)

Segala sesuatu di atas bumi hilang. Hanya Allah tempat memohon pertolongan.

===

وَفُتِحَتِ السَّمَاءُ فَكَانَتْ أَبْوَابًا

فُتِحَتِ السَّمَاءُ

وَانْشَقَّتِ السَّمَاءُ

كَمَا فِي آيَةٍ أُخَرَ

إِذَا السَّمَاءُ انْشَقَّتْ

وَانْفَطَرَتْ السَّمَاءُ

إِذَا السَّمَاءُ انْفَطَرَتْ

تَشَقَّقَتْ فَكَانَ فِيهَا مِمَّا فَتَحَهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ أَبْوَابًا

يَنْظُرُ النَّاظِرُ إِلَيْهَا

فَيَرَاهَا كَالْْأَبْوَابِ وَاللهُ أَعْلَمُ

وَسُيِّرَتِ الْجِبَالُ فَكَانَتْ سَرَابًا

كَالسَّرَبِ الَّذِي يَرَاهُ الْإِنْسَانُ مِنْ بُعْدٍ

يَتَخَيَّلُهُ مَاءً ثُمَّ لَا يَجِدُهُ شَيْئًا

وَالْجِبَالُ يَا إِخْوَانُ تَمُرُّ بِأُمُورٍ وَأَحْوَالٍ

وَقَدْ ذَكَرَ اللهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى مَا يَعْرِضُ لَهَا

فَمَرَّةً بِالدَّكِّ كَمَا فِي قَوْلِ تَعَالَى

هَا يَا إِخْوَانُ؟

وَحُمِلَتِ الأَرْضُ وَالْجِبَالُ فَدُكَّتَا

وَأَحْيَانًا بِالنَّسْفِ كَمَا فِي قَوْلِهِ عَزَّ وَجَلَّ

فَقُلْ يَنْسِفُهَا رَبِّي نَسْفًا

وَيَذْكُرُ الْمُفَسِّرُونَ كَالشَّيْخِ ابْنِ الْعُثَيْمِينِ وَغَيْرِهِ

ثَلَاثَةَ أَحْوَالٍ ذُكِرَتْ فِي كِتَابِ اللهِ حَوْلَ الْجِبَالِ

الْحَالُ الْأُوْلَى أَحَدٌ يَذْكُرُ يَا إِخْوَانُ

جَزَاكَ اللهُ خَيْرًا

نَعَمْ أَنَّهَا تَكُونُ كَثِيبًا مَهِيلًا

كَكَثِيبِ الرَّمْلِ

وَهَذَا فِي قَوْلِ عَزَّ وَجَلَّ

يَوْمَ تَرْجُفُ الْاَرْضُ وَالْجِبَالُ

وَكَانَتِ الْجِبَالُ كَثِيْبًا مَّهِيْلًا

كَكَثِيْبِ الرَّمْلِ

الثَّانِي تُشْبِهُ كَالْعِهْنِ الْمَنْفُوشِ

كَالصُّوفِ الْمُنْتَفِشِ

وَهَذَا فِي قَوْلِ عَزَّ وَجَلَّ

وَتَكُوْنُ الْجِبَالُ كَالْعِهْنِ الْمَنْفُوْشِ

الثَّالِثُ تَزُولُ الْجِبَالُ تَمَامًا وَتُشْبِهُ كَمَا ذَكَرَ اللهُ

هَبَاءً مُنْبَثًّا

يَكُونُ كَرَهَاجِ الْغُبَارِ كَالْغُبَارِ

وَهَذَا فِي قَوْلِهِ عَزَّ وَجَلَّ

إِذَا رُجَّتِ الأَرْضُ رَجًّا

أَيشْ؟

وَبُسَّتِ الْجِبَالُ بَسًّا

فَكَانَتْ هَبَاءً مُنْبَثًّا

وَتَنْتَهِي الْجِبَالُ يَا إِخْوَانُ

حَتَّى تُشْبِهُ الْأَرْضُ كَقُرْصَةِ النَّقِيِّ أَوْ نَقِيٍّ

كَمَا وَرَدَ فِي الْحَدِيثِ: كَقُرْصَةٍ

لَيْسَ فِيهَا مَعْلَمٌ لِأَحَدٍ

كُلُّ شَيْءٍ زَالَ فِيهَا وَاللهُ الْمُسْتَعَانُ


Artikel asli: https://nasehat.net/keadaan-langit-dan-gunung-pada-hari-kiamat-syaikh-muhammad-al-mayuf-nasehatulama-2/